PENTINGNYA TOL LANGIT MURAH

 

PENTINGNYA TOL LANGIT MURAH
(Sudah di muat di Media Informasi dan komunikasi guru IPS  https://www.fkgipsnaspgri.org/ )

Covid, Covid lagi yang menjadi kambing hitamnya. Bagaimana tidak, serangan Covid 19 sepertinya lebih dahsyat dari terjangan bencana apapun yang pernah melanda Indonesia bahkan dunia. Kalau bencana alam hanya menimbulkan shok yang berat pada daerah yang tertimpa bencana. Sedangkan pandemi Covid 19 menimbulkan shok bagi semua kalangan. karena penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat cepat dan mudah menular sementara masalah Vaksinnya baru di temukan dan belum di produksi.

Covid-19 memang telah menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek. dampak yang sangat besar adalah di bidang ekonomi dan pendidikan. Diberlakukannya kebijakan PSBB ternyata berdampak besar terhadap jalannya perekonomian. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan pihak yang memiliki kepentingan politik malah melancarkan protes dengan menjual konsep keagaamaan agar PSBB dilonggarkan. Pemerintahpun mulai melonggarkan secara bertahap. Akibatnya kasus positif Covid mulai kembali meningkat.  Oleh karena itu semua pihak sangat dituntut untuk perperan akif dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19/

Dalam rangka memutus mata rantai Covid 19 pemerintah telah membuat dan merobah berbagai kebijakan. termasuk kebijakan bidang pendidikan.  Pada bulan Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan kebijakan baru berupa Surat Edaran  Nomor 3 tahun 2020 trntang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyeberan COVID-19, serta Surat Edaran dan Petunjuk dari Kepala Daerah, dan Rektor masing- masing Universitas.

Sebagaimana kita ketahui pembelajaran daring sudah berlansung selama hampir enam bulan sejak bulan Maret. Pembelajaran tatap muka yang direncanakan dimulai di awal tahu ajaran 2020 terpaksa diundur lagi karena kasus positif Covid naik lagi. Demikian hingga bulan Agustus. untuk daetah Sumbar khususnya Kabupaten Lima Puluh kota di rencanakan pula sekolah tatap muka pada tanggal 24 Agustus, itupun harus di undur karena grafik kasus positif di Lima Puluh Kota naik lagi.

Berbagai keluhan dan kritik muncul dari berbagai pihak dalam menyikapi pembelajaran daring. Dari pihak orang tua bayak yang mengeluh karena beberapa faktor mulai dari pengadaan fasilitas anak untuk belajar daring berupa gadget dan kuota internet, waktu dan kemampuan orang tua untuk membimbing anak sampai pada masalah kewalahan mengendalikan anak selama berada di rumah. Menyikapi hal ini, sebagian orang tua dengan latar belakang minimnya pendidikan menganggap masalah ini hanya sementara dan akan berakhir setelah Covid berakhir, sebagian lagi orang tua sangat cemas dengan keberlangsungan pendidikan anak mereka.

Dari pihak guru atau pendidik terdapat kendala dalam penguasaan teknologi dan strategi. Namun ini bisa diatasi dengan berbagai pelatihan baik secara mandiri atau kolektif melalui webinar dan sebagainya secara beragsur-angsur. Pernasalahan berikut yang dikeluhkan guru adalah kesulitan dalam mengumpulkan tugas siswa karena dalam kenyataannya masih banyak siswa yang hanya mengisi absen kemudian menghilang dan tidak merespon meteri dan tugas yang diberikan guru, ada siswa pula yang mengirim tugas sampai tengah malam. Selama pandemi guru harus bertugas 24 jam meladeni pengiriman tugas siswa.  Tidak mungkin jika guru tidak merespon sedikitpun. meskipun belum akan dinilai malam itu, tapi sekeder respon dengan emotion tetap harus di berikan sekedar reword sudah mengirim tugas karena baru ada jaringan atau baru ada kuota.  Padahal tugas yang diberikan itu hanya berkaitan dengan materi esensial sesuai Silabus darutat Pandemi dan kontekstual. Meskipun guru tidak dituntut untuk menuntaskan KD secara maksimal namun karena kesadaran akan tugas dan tanggung jawab, guru merasa tidak puas dengan pembelajaran daring yang penuh kendala. Ditambah lagi Gadget guru yang mulai ngadat karena kebanyakan beban memori.

Ketika ditanyakan kepada siswa alasanya adalah belum punya Hp, masalah kuota, jaringan dan akses teknologi. Kalau untuk siswa SD mungkin masih bisa diatasi dengan kunjungan rumah oleh guru karena cakupan wilayahnya masih satu desa, juga dalam penggunaan kuota internet masih bisa dikemdalikan dibawah pengawasan orang tua. Untuk siswa SMA dan Mahasiswa juga tidak terlalu terkendala karena mereka sudah memiliki kesadaran yang kuat untuk mengikuti pembelajaran. Lain halnya dengan pelajar tingkat SMP, dimana orang tua si-anak sudah menganggap mampu menggunakan teknologi. Keterbatasan pengetahuan dan penguasaan terhadap teknologi orang tua, menyebabkan sebagian besar orang tua melepaskan kendali terhadap anaknya. Padahal sesungguhnya anak usia SMP masih harus di pantau dan dibimbing dalam belajar daring dirumah. Berdasarkan pantauan kami ada siswa yang belajar diluar seperti seperti di Warnet dan ditempat untuk mendapatkan biaya internet murah dan kuat jaringan. Namun ada pula dengan alasan yang sama tetapi mereka gunakan untuk keluyuran. Adalagi siswa yang tidak mengikuti pelajaran dengan alasan membantu orang tua. Dalam hal ini guru menjadi serba susah. Mungkin didaerah perkotaan hal ini jarang di temui. Tapi didaerah pedesaan, kendala ini akan banyak ditemuai karena kondisi latar belakang keluarga siswa masih banyak yang  kurang mampu baik dari segi ekonomi maupun pengetahuan. Kalaupun bisa menggunakan teknologi, tapi masih terbatas pada penggunaan media sosial yang sifatnya umum.

Dalam hal ini pemerintah tentu sudah mengambil langkah antisipasi tidak hanya berupa kebijakan tapi juga sarana prasarana infrastruktur. Diantaranya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi telekomunikasi. Salah satunya adalah pembangunan Infrastruktur Langit sebagaimana di sebutkan oleh Wakil Presiden KH Maaruf Amin dalam pidato Kampanyenya tahun 2019. 

 Apa itu infrastruktur langit

Yang dimaksud pada saat itu adalah suatu proyek raksasa kementrian Komunikasi dan Informasi, yaitu pembangunan jaringan serat optik nasional Palapa Ring yang menjangkau 34 provinsi 35.280 km kabel laut dan 21.807 km kabel darat, yang bertujuan Palapa Ring menjadi Tol Langit.  Pembangunan Tol Langit ini diperintahkan oleh Presiden Jokowi yang akan memudahkan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi di seluruh wilayah RI sampai ke pelosok. 

Menurut Menkominfo Palapa Ring juga seperti Jalan Tol yang bertujuan untuk menambah kecepatan internet untuk membangun negara. Semenjak itu berbagai bentuk Market Place bermunculan sebagai bentuk Ekonomi modern yaitu pasar online. Setelah bidang ekonomi diikuti oleh bidang bidang yang lain termasuk bidang pendidikan     

Dalam Medcom.id dikatakan bahwa sebenarnya pembelajaran daring ini sudah ada sejak tahun 1980 tapi masih terbatas pada beberapa Perguruan Tinggi. Saat ini seluruh lembaga pendidikan dipaksa oleh Pandemi untuk malaksanakan pembelajaran secara online. Meskipun sesungguhnya pandemi hanyalah sebuah momentum dari sebuah perubahan. Sebelumnya masih banyak masyarakat yang tidak peduli bahkan bisa penolak kemajuan teknologi. Saat ini teknologi memaksa kita untuk mampu menggunakannya tanpa peduli apapun alasannya.

Sebagaimana gencarnya pembangunan Tol darat, pada awal 2020 jaringan optic sebagai jaringan Tol langit sudah terpasang hampir di seluruh wilayah Indonesia. sehingga tak adalagi daerah yang Blank Spot. Siapapun bisa memanfaatkannya sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan. 

Tol darat hanya dilewati oleh orang kelas menengah keatas, kalaupun tarif tol mahal, mereka masih akan sanggup membayar. Orang orang kelas bawah tidak akan menggunakan jalur tol. kalaupun ada mereka bukan mereka yang membayar karena mereka tidak menggunakan kendaraan sendiri alias numpang tetangga, saudara atau kendaraan umum. artinya jika tidak mau membayar biaya tol mahal orang masih bisa memilih jalur lain. Lain halnya dengan tol langit saat ini, dimana semua kalangan harus menggunakannya terutama untuk proses pendidikan.

 Dalam hal ini jelas salah satu yang menjadi masalah sekaligus kendala dalam pelaksanaan pendidikan khususnya proses pembelajaran adalah tarif quota internet. Jika untuk pemakaian yang terbatas seperti sebelum pandemi mungkin hal ini tidak menjadi masalah, karena yang menggunakan internet hanya orang yang sanggup menggunakan saja. atau orang yang merasa butuh saja. Sedangkan saat ini tanpa kuota internet yang cukup dan kuat orang tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan sempurnya.

Memang pemerintah sudah memberi solusi berupa pengalihan dana BOS. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19/2020 tentang Perubahan Petunjuk Teknis BOS dan Permendikbud Nomor 20/2020 tentang Perubahan Petunjuk Teknis BOP PAUD dan Kesetaraan di masa kedaruratan Covid-19. Tapi tampaknya ini belun tersosialisasi dengan sempurna. Baik dikalangan pimpinan sekolah, guru maupun ke wali murid. Sehingga sampai saai ini masih banyak orang tua yang mengeluhkan biaya kuota internet, terlebih lagi bagi orang tua yang memiliki lebih dari dua anak pada tingkat dan sekolah yang berbeda, belum lagi untuk membeli gadgetnya. 

Selain itu semua provider atau operator jaringan internetpun juga sudah menyediakan berbagai macam paket kuota. dengan berbagai harga tapi kecepatan nya juga tidak bisa dijamin karena tergantung pada kondisi jaringan tiap daerah.

Disisi lain kita tentu tidak menginginkan menurunnya mutu Sumber Daya Manusia Indonesia akibat tidak bisa belajar selama pandemi. Sementara, kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Kalaupun Pandemi Covid 19 berakhir atau bisa diatasi karena telah ditemukan vaksinnya, mungkin akan ada masalah lain yang akan menyebabkan kita harus terus memanfaatkan teknologi Internet dalam menjalankan roda kehidupan. Karena seyogyanya tidak ada sejarah yang mundur. Ilmu teknologi terus berkembang, kemajuan dan perubahan tak pernah bisa dihentikan. Artinya kita tak bisa berharap bahwa kehidupan normal sebelum pandemi akan kembali bisa dijalani. Maka kita harus dapat menerima kondisi kehidupan kenormalan baru saat ini sebagai kehidupan normal yang kita maksudkan.

Begitu banyak permasalahan terkait dunia pendidikan. Untuk itu mungkin hal yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah bagaimana pemerintah memfasilitasi dunia pendidikan dengan meningkatkan kemudahan akses dan  biaya lebih murah jika ingin mengatasi kendala yang saat ini melanda dunia pendidikan.  Kalau sebelumnya orang yang memiliki kendaraan roda empat meminta penurunan tarif jalan Tol. Maka saat ini seluruh masyarakat bawah terutama yang memiliki anak sekolah berharap peningkatan kecepatan jaringan dan penurunan harga kuota atau Penurunan tarif Tol Langit. Karena saat ini tentu dana penambahan dan perbaikan gedung serta mobiler sekolah belum lagi dibutuhkan. Yang sangat di butuhkan adalah jaringan Internet yang kuat dan murah sehingga bentuk membelajaran tatap muka melalui ruang Firtual dengan berbagai aplikasi platform yang memudahkan dapat terlaksana secara optimal dan maksimal. Dan diharapkan dengan adanya tatap muka diruang virtual, guru dapat mengontrol kehadiran dan keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara maksimal. Pentingnya kuota pada saat ini sama pentingnya dengan adanya meja dan kursi pada saat belajar di kelas dimasa sebelum adanya pandemi.


  Leli Afrida, S.Pd 

Lima Puluh Kota, 26 Agustus 2020





















Sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pasar Bebas

AKU , EBI DAN CHAT-GPT (Kisah Nyata)

Kisi Kisi Ujian sekolah