GURU PENANGKAL HOAX: Saring sebelum Sharing
Minggu, 20 September 2020
GURU PENANGKAL HOAX: Saring sebelum Sharing
Meskipun terlambat tapi saya masih merasa beruntung dapat mengikuti pertemuan virtual ke 10, sebagai pertemuan terakhir AISEI Writing bersama Ketua Umum PP FKG IPS Nasional Kang Jaro (Wijaya Winarja) pada tanggal 20 September 2020, dalam pembahasan "Guru penangkal Hoax". Paparan kang Jaro sangat menarik, kiranya perlu di dengar oleh para guru sebagai kader pembentuk karakter anak bangsa.
Ibarat barang dagangan, Hoax adalah barang paling laku saat ini, tidak hanya dikalangan masyarakat awam yang kurang kesibukan, tapi juga dikalangan orang berpendidikan bahkan kalangan pendidik. Berkembangnya teknologi informasi telah menciptakan komunikasi tanpa jarak dan informasi tanpa batas. Saat ini banyak guru yang terpengaruh dan terlibat dalam penyebarluasan hoax melalui WAG atau media sosial lainnya dan sayangnya lagi, kadang hoax yang dibahas adalah hoax usang yang sudah diklarifikasi pihak terkait. Kondisi ini secara psikologis akan perpengaruh kepada pembentukan karakter peserta didiknya.
Menurut KBBI, Hoax (hoaks) adalah Informasi bohong atau berita bohong. Menurut Wikipedia berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Dalam KBBI Daring oleh Kemendikbud.go.id pengertian hoax adalah (n) berita bohong fake news yaitu berita buatan atau berita palsu yang tidak berdasarkan kenyataan.
Isu Hoaks paling banyak adalah masalah sosial, politik dan kepemimpinan , SARA, kesehatan, makanan dan minuman, penipuan keuangan dan iptek dsb. Sedikit berita duka, candaan, bencana alam dan lalu lintas.
Bagaimana membedakan suatu berita itu benar atau hoaks? Yaitu dengan melihat beberapa ciri-cirinya.
Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut kita dapat melakukan langkah langkah filter, verifikasi ataupun klarifikasi, misalnya dengan cara mencari judul berita yang sama dari sumber yang kredibel, atau bertanya kepada individu atau instansi yang kredibel dan bertanggung jawab. Klarifikasi tersebut jangan dilakukan dalam grup medsos, karena itu akan menambah viralnya hoaks tersebut.
Mengapa Hoaks perlu di waspadai? Karena hoaks dapat menimbulkan kecemasan, perpecahan, ketidakpercayaan, fitnah, pencemaran nama baik bahkan bisa mencelakakan orang lain dan menimbulkan kerugian materi. Hoaks yang berupa virus tipuan merupakan virus berbahaya bagi komputer atau gawai cerdas anda. Dan gawai anda akan merusak hati dan mindset anda
Agar tidak mudah termakan hoax sebaiknya pahami Tips berikut ini
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ جَآءَكُمۡ فَاسِقٌ ۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوۡۤا اَنۡ تُصِيۡبُوۡا قَوۡمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصۡبِحُوۡا عَلٰى مَا فَعَلۡتُمۡ نٰدِمِيۡ
Jika seorang guru sudah terkena bahaya hoak misalnya munculnya ketidakpercayaan kepada pimpinan, pemerintahan, ulama dan ilmuwan , secara tidak lansung akan berpengaruh pada penanaman karakter anak didiknya.
Sebagai warga negara kita juga diatur dalam menggunakan media informasi dengan adanya regulasi tentang informasi dan transaksi elektronik. Kita berharap tidak ada guru yang terlibat atau terjerat UU No 19 tahun 2016 jo UU no11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE). Ayo saling mengingatkan dalam kebenaran, cerdas literasi.
Salam Literasi
Komentar
Posting Komentar